makalah asmaul husna
KATA
PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan
kepada Tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami
boleh menyelesaikan sebuah makalah dengan tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan
sebuah makalah dengan judul “ASMAUL
HUSNA ”, yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita
untuk mempelajari nya.
Melalui kata pengantar ini penulis
lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada
kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau menyinggung
perasaan pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah
ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini
sehingga dapat memberikan manfaat.
Kampar, 01 Agustus 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A.
Latar
Belakang ............................................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3
A. Pengertian Asmaul Husna .......................................................................... 3
B. Menghayati
Makna Dari Asmaul Husna ...................................................... 4
C. Perilaku Yang
Mencerminkan Keimanan Terhadap Asmau Husna.............. 6
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 22
A. Kesimpulan .................................................................................................. 22
B. Saran 22
DAFTAR PUSTAKA
......................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Semua yang ada di alam ini merupakan ciptaan
(makhluk) Allah SWT. Allah SWT mempunyaisifat-sifat yang agung, mulia, dan
besar yang tidak terdapat pada semua rnakhluk-Nya. Oleh karena itu,semua
makhluk-Nya harus menyembah kepada-Nya. Namun. sifat-sifatAllah SWT tersebut
tidak hanyatergambar dalam sifat wajib-Nya, melainkan juga dari nama-nama baik
yang menyertai-Nya (Asma’ulHusna).
Firman Allah SWT dalam QS Al Hasyr ayat 24 :
Firman Allah SWT dalam QS Al Hasyr ayat 24 :
“Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa,
Yang Mempunyai
Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada dilangit dan di
bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Apabila
seseorang menyatakan diri mencintai Allah SWT, maka hal ini bisa dibuktikan
dari seberapasering ia menyebut nama-Nya. Menyebut Allah SWT dapat dilakukan
dengan menyebut kalimat¬kalimattayyibah atau menyebut nama-nama Allah SWT dalam
Asmaul Husna. Keduanya merupakan proses zikir (mengingat) kepada Allah
SWT.
Firman Allah SWT dalam Alquran :
“Hanya milik
Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna
itu.”(QS. Al A’raaf : 180)
Berdasarkan
ayat di atas, kita diperintahkan untuk selalu menyebut nama-nama Allah SWT yangterhimpun
dalam Asmaul Husna. Semua kegiatan yang dilakukan sebaiknya didahului dengan
menyebutnama-Nya (terwujud dalam kalimat basmalah). Allah SWT memerintahkan
untuk menyebut-Nya denganAsmaul Husna sebagai pujian dan pengantar doa
kepada-Nya. Dalam berdoa kita pasti meminta sesuatu.Dengan memuji nama-Nya
terlebih dahulu, harapan akan terkabulnya doa kita tentu akan semakin besar.
Dalam salah satu haditsnya,
Rasulullah menjelaskan :
“Sesungguhnya
Allah SWT mempunyai sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu,barang
siapa yang menghafalkannya, maka ia akan masuk surga”. (HR. Bukhari)
Hal ini menunjukkan apabila kita
mengenal Asma`ul Husna dengan bersungguh-sungguh,menghafal, kemudian memahami
maknanya serta beribadah kepada Allah maka akan menjadi penguatiman yang paling besar, bahkan mengenal Asma` dan
sifat-Nya merupakan dasar iman, di mana imanseseorang itu kembali kepada
dasar yang agung ini
B. Rumusan
Masalah
1.
Mengembangkan wawasan penulis
tentang Akidah khususnya Asma’ul husna.
2.
Mengimplementasikan ilmu teori
dan praktek yang diperoleh selama belajar
3.
Mengenal Asma`ul Husna dengan
bersungguh-sungguh, menghafal,kemudian memahamimaknanya
serta beribadah kepada Allah sebagai penguat iman
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Asmaul Husna
Dalam Agama, Asmaa'ul husna (Bahasa
Arab: أسماء الله الحسنى, asmāʾ allāh al-ḥusnā) adalah nama-nama Allah
yang indah dan baik. Asma berarti nama dan husna berarti yang baik atau yang
indah, jadi asma'ul husna adalah nama nama milik Allah yang baik
lagi indah.
Sejak dulu para ulama telah banyak
membahas dan menafsirkan nama-nama ini, karena nama-nama Allah
adalah alamat kepadaDzat yang mesti kita ibadahi dengan sebenarnya.
Meskipun timbul perbedaan pendapat tentang arti, makna, dan penafsirannya akan
tetapi yang jelas adalah kita tidak boleh musyrik dalam mempergunakan atau
menyebut nama-nama Allah Ta'ala. Selain perbedaaan dalam mengartikan dan
menafsirkan suatu nama terdapat pula perbedaan jumlah nama, ada yang menyebut
99, 100, 200, bahkan 1.000 bahkan 4.000 nama, namun menurut mereka, yang
terpenting adalah hakikat Dzat Allah SWT yang harus dipahami dan
dimengerti oleh orang-orang yang beriman seperti Nabi Muhammad.
Asma'ul
husna secara Harfiah adalah nama-nama, sebutan, gelar Allah yang
baik dan agung sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Nama-nama Allah yang agung
dan mulia itu merupakan suatu kesatuan yang menyatu dalam kebesaran dan
kehebatan
milik Allah.
Para ulama berpendapat bahwa
kebenaran adalah konsistensi dengan kebenaran yang lain. Dengan cara ini,
umat Muslim tidak akan mudah menulis "Allah adalah
...", karena tidak ada satu hal pun yang dapat disetarakan dengan
Allah, akan tetapi harus dapat mengerti dengan hati dan
keterangan Al-Qur'an tentang Allah Ta'ala. Pembahasan
berikut hanyalah pendekatan yang disesuaikan dengan konsep akal kita
yang sangat terbatas ini. Semua kata yang ditujukan pada Allah harus
dipahami keberbedaannya dengan penggunaan wajar kata-kata itu. Allah itu
tidak dapat dimisalkan atau dimiripkan dengan segala sesuatu, seperti tercantum
dalam surat Al-Ikhlas.
“
|
"Katakanlah:
"Dia-lah Allah Yang Maha Esa. Allah
adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada
beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara
dengan Dia".
(Al-Ikhlas 112:1-4)
|
”
|
Para ulama
menekankan bahwa Allah adalah sebuah nama kepada Dzat yang
pasti ada namanya. Semua nilai kebenaran mutlak hanya ada (dan bergantung)
pada-Nya. Dengan demikian, Allah Yang Memiliki Maha Tinggi. Tapi
juga Allah Yang Memiliki Maha Dekat. Allah
Memiliki Maha Kuasa dan juga Allah Maha
Pengasih dan Maha Penyayang. Sifat-sifat Allah dijelaskan
dengan istilah Asmaaul Husna.
B. Menghayati Makna Dari Asmaul Husna
Betapa maha luar biasanya yang namanya Asmaul
Husna"Arrahmaan & Arrahiim" itu kalau kita mau mendalaminya lebih
jauh lagi. Kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari kita, semua ini tidak
terlepas dari ke-maha Rahman-an dan Rahim Allah semata.
Nah, biasanya kita atau kebanyakan dari kita maunya hanya ingin menghapal atau
mengingat, atau mengetahui lebih jauh sejumlah 99 Asmaul Husna tersebut. Bahkan ada yang lebih extrem lagi, mencari-cari
dan meraba-raba ke sana-ke mari mencari yang satu lagi agar genap 100 bilangan
Asmaul Husna tersebut. Dan bagi yang tau, di jamin masuk surga. Begitu menurut
anggapan sebagian manusia. Luar biasa, padahal Al-qur'an menyebutkan hanya 99
itu, tapi uniknya manusia memang suka yang di luar Al-qur'an nampaknya.
Lalu kemudian apakah tugas kita hanya menghapal, mengingat di luar kepala semua
asmaul husna itu, bahkan di tambah dengan sedikit perjuangan mencari-cari jejak
yang satu lagi ?
Bukan kawan, bukan hanya sebatas itu
Allah memperkenalkan 'Asma'nya kepada kita selaku makhluk ini. Ada yang lebih
prinsip lagi selain itu, yaitu kita hendaknya menghayati, memahami,mengenali,
bahkan kalau bisa menerapkan dalam perilaku hidup dan kehidupan. Dengan begitu
akan memunculkan rasa kekaguman, ketakjuban, dan kecintaan kita kepada Allah
SWT sang pemilik nama..
Bayangkan, bagaimana kita tidak kagum, takjub,hormat dan cinta kepadanya karena dengan ke-maha Rahman-Rahimnya, siapa pun Allah perlakukan dengan 'kemurahan dan kasih sayangnya' terlebih dahulu, jauh mendahului kemurkaannya. Kecuali seseorang itu sudah sangat zalim terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
Beda kalau kita manusia.
Bayangkan, bagaimana kita tidak kagum, takjub,hormat dan cinta kepadanya karena dengan ke-maha Rahman-Rahimnya, siapa pun Allah perlakukan dengan 'kemurahan dan kasih sayangnya' terlebih dahulu, jauh mendahului kemurkaannya. Kecuali seseorang itu sudah sangat zalim terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
Beda kalau kita manusia.
Contohnya; Dalam keseharian Allah
selalu memberikan rahmat dan karunia berupa makanan, minuman, dan lain-lain
kepada semua makhluk, entah itu makhluk yang kenal dengan Allah atau yang tidak
kenal sekalipun. Entah itu manusia yang beriman kepadanya ataupun yang durhaka
kepadanya, Entah itu makhluk yang selalu menyebut-nyebut kebaikan Allah maupun
makhluk yang menjelek-jelekkan bahkan mendustakan Allah. Entah itu manusia yang
berbakti kepada orang tua maupun manusia yang durhaka kepada orang tuanya, dan
lain-lain. Kesemuanya itu Allah perlakukan dengan mengutamakan 'kemuarahan dan
kasih sayangnya.
Bayangkan kalau sekiranya bukan Allah yang tuhan kita, sekiranya kita manusia
yang jadi tuhan tentu kita akan sesegeranya membinasakan makhluk-makhluk yang
durjana itu. Yang kita perlakukan baik kecuali terhadap mereka yang hanya taat
kepada kita. Tapi tuhan tidak, tetap kemurahan dan kasih sayangnya yang
diutamakannya.
Kalau kita manusia, biasanya kita
akan memberikan sesuatu tentu hanya kepada orang yang baik kepada kita, yang
jahat jangan harap. Tapi tuhan tidak, jahat atau tidak jahat seseorang, Allah
tidak lalu serta merta menghukumnya. Kecuali seseorang itu sudah sangat luar
biasa rusaknya, tak dapat di tolerir lagi baru Allah menegurnya sedikit dengan
teguran penyadaran.
C. Perilaku Yang Mencerminkan Keimanan
Terhadap Asmau Husna
1. Ar – Rahman ( Maha Pengasih )
“Ketika kita berpergian atau berada
di tempat – tempat umum ada saudara kita yang meminta sedekah kita sebagai umat
manusia mengamalkan sifat Allah yang maha pengasih dengan memberikan risky
lebih yang kita miliki untuk orang lain/yang meminta, (mendorong suara
hati kita untuk mengasihi orang lain. Implementasi lain, yudha selalu
berusaha untuk senantiasa bersikap dan berperilaku baik kepada temannya, maupun
orang lain, dengan tanpa membeda-bedakan warna kulit, suku bangsa, ras dan
agama. Mencerminkan sifat kedermawanan dari hati dan batin kita
untuk menolong dan membantu sesama. Kita sebagai umat manusia harus selalu
bersikap dan bertutur kata dan melakukan perbuatan positif yang berguna bagi
orang lain dan diri kita. Serta selalu mengasihi tanpa ada benci kepada setiap
orang. Kita selalu mengasihi binatang, tumbuhan dengan cara melakukan perbuatan
yang bermanfaat dan tidak menyakitinya
2. Ar – Rahim ( Maha Penyayang )
“Allah memiliki sifat maha penyayang, kita
sebagai umat manusia harus saling menyayangi sesama manusia dengan tanpa
membeda – bedakan agama, ras, suku, dan bangsa, menyayangi makhluk hidup
seperti hewan dengan merawat dan memberi makan, Mungkin disaat sakit ada
saudara kita yang sakit kita dapat menunjukan rasa sayang kita dengan
menjenguknya, dan menghibur suadara kita disaat sedih, kita juga dapat
menunjukkan rasa sayang kita dengan mengingatkan teman atau orang – orang yang
ada disaekeliling kita bila melakukan suatu kesalahan, kita selalu
menyayangi Allah SWT dengan cara selalu beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT
dan tidak berbuat durhaka kepada-Nya. Contoh yang sederhana yang dapat kita
terapkan dalam keluarga yaitu menyayangi orang tua dengan mematuhi perintahnya.
3. Al – Malik ( Yang Merajai )
“kita sebagai mahkluk ciptaan Allah dapat
mengamalkan sifat Allah yang maha merajai, dalam kehidupan sehari – hari dengan
menjadi pemimpin dalam suatu organisasi baik OSIS, kelas, contoh lain :
Febri menjalankan tugas kepemimpinan atau kekuasaan dengan niat ikhlas
sematamata karena Allah SWT, untuk memperoleh rida dan rahmat-Nya. Kiki selalu
mencoba dan berusaha untuk berperilaku terpuji yang mendatangkan manfaat bagi
diri seseorang dan orang-orang yang dipimpinnya, serta menjauhi segala perilaku
tercela yang menyebabkan kerugian atau bencana baik bagi dirinya ataupun orang
lain. Citra selalu berusaha untuk menjadi orang yang berjasa dan bermanfaat
bagi orang banyak dalam segala hal.”
4. Al – Quddus (Maha suci)
“Allah memiliki sifat yang mahasuci, kita
sebagai umat manusia harus menerapkan suci dalam pikiran ,perbuatan dan
perkataan . Suci dalam pikiran, Rina memberikan ide – ide, gagasan
dengan pikiran yang suci dalam artian memberikan ide yang murni dan
jujur atas dasar pikiran sendiri. Suci dalam perbuatan, perkataan ,
Cika selalu menjaga kesucian dirinya dari segala noda dan dosa dengan
perwujudan ia senantiasa berperilaku baik dan bersih dari niat jahat, serta
menjaga diri dari melakukan hal yang tidak bermanfaat atau haql hal yang
negatif.”
5. As – Salam (Maha Sejahtera)
“Kita sebagai umat manusia dibumi
ini membutuhkan kesejahteraan diri kita dan orang lain dan keluarga kita dengan
bekerja. Mensejahterakan orang lain dengan memberikan sedekah. Andrina selalu
berdoa dan berusaha untuk keselamatan dan kesejahteraan dirinya dan orang lain
baik di dunia maupun di akhirat. Sebelum berangkat ke sekolah koko selalu
berdoa untuk keselamatan dirinya.”
6. Al Mu’min (Yang Terpercaya)
“Ketika kita menjadi pemimpin
berarti kita diberi kepercayaan oleh banyak orang, kita harus menjaga dan
memegang kepercayaan itu. Fitri selalu berusaha untk menjadi orang yang
terpercaya dengan cara senantiasa bersikap dan berperilaku jujur, tidak suka
berdusta karena apapun yang ia katakana nantinya akan dimintai pertanggung
jawaban baik didunia, maupun di akhirat, senantiasa memelihara amanat yang
diberikan kepada kita, tidak pernah berkhianat, dan senantiasa memenuhi janji.
Kemal selalu berusaha memberikan rasa aman kepada sesama, dengan cara tidak
berperilaku jahat yang mengganggu keamanan atau kesentosaan sesama, dan
mencegah orang lain dari berperilaku yang dapat mengganggu keamanan sesame dan
lingkungannya.
7. Al – Muhaimin (Maha
Memelihara)
“Memelihara hewan dengan mengasihi
dan memberi makan minum, mengasuh fakirmiskin dengan memberikan pendidikan yang
baik sehingga dapat tumbuh menjadi seorang yang berguna bagi bangsa, agama, Pak
Joko mengasuh anaknya dengan mengajarkan agama untuk bekal di akhirat nantinya.
Khusnil selalu memelihara dan merawat binatang peliharaannya dengan baik dengan
cara selalu memberi makan setiap hari, selalu menjaga kebersihannya,
menyayanginya, dan tidak pernah menyakitinya.
8. Al – Aziz (Yang Mengalahkan)
“Nabi Muhammad tidak terkalahkan meskipun
banyak kaum yang menentang beliau pada zamannya dan mencoba menggagalkan
segala usaha Nabi Muhammad untuk menyebarkan agama Islam. Tafri selalu
menanamkan rasa taat dan patuh kepada Allah SWT, dia sadar bahwa
tidak seorang pun yang mampu mencegah dan menolak perintah Allah SWT. Allah
tidak akan terkalahkan dan tak mampu untuk dikalahkan. Makhluk yang paling kuat
sekalipun tak kan mampu mengalahkan Allah. Karena Allah adalah zat yang tak
terkalahkan.”
9. Al – Jabbar (Maha Perkasa)
“Ade Rengga adalah salah satu dari
umat manusia yang diberi kelebihan oleh Allah SWT yaitu kekuatan dan
keperkasaan, namun dia tidak sombong dan menggunakan keperkasaannya itu hanya
untuk hal-hal yang positif untuk membawa nama baik dirinya sampai di dunia
internasinal.
10. Al-Mutakabbir (Maha Memiliki
Kebesaran)
“Sabilul adalah salah satu siswa yang pintar
dan tidak sombong dia mempunyai banyak medali dan piala serta piagam, karena
selalu mengikuti olimpiade dan selalu berhasil. Namun dia tidak sombong karena
dia dapat mengilhami bahwa Allah adalah Maha Besar.
1) Al-Karim
Orang yang
masih dalam perjalanan sangat teringin untuk cepat sampai kepada Allah s.w.t.
Dia terpesona melihat keadaan orang-orang yang telah sampai. Kadang-kadang
timbul rasa tidak sabar untuk ikut sama sampai kepada tujuannya. Perasaan tidak
sabar akan menimbulkan harapan atau cita-cita agar ada seseorang yang dapat
menolong mengangkatnya. Orang yang diharapkan itu mungkin terdiri daripada
mereka yang telah sampai atau mungkin juga dia menaruh harapan kepada wali-wali
ghaib dan malaikat-malaikat. Maksud dan tujuannya tidak berubah, iaitu sampai
kepada Allah s.w.t tetapi dalam mencapai maksud itu sudah diselit dengan
harapan kepada selain-Nya. Ini bermakna sifat bertawakal dan berserah dirinya
sudah bergoyang. Sebelum dia terjatuh, Hikmat 47 ini menariknya supaya
berpegang kepada al-Karim. Walau kepada siapa pun diletakkan harapan namun,
harapan dan orang berkenaan tetap mencari al-Karim. Tidak ada harapan dan
cita-cita yang dapat melepasi al-Karim.
Al-Karim
adalah salah satu daripada Asma-ul-Husna. Nama ini memberi pengertian istimewa
tentang Allah s.w.t. Al-Karim bermaksud:
a) Allah SWT Maha Pemurah.
b) Allah SWT memberi tanpa diminta.
c) Allah SWT memberi sebelum diminta.
d) Allah SWT memberi apabila
diminta.
e) Allah SWT memberi bukan kerana
permintaan, tetapi cukup sekadar harapan, ita-cita dan angan-angan
hamba-hamba-Nya. Dia tidak mengecewakan harapan mereka.
f) Allah s.w.t memberi lebih baik
daripada apa yang diminta dan diharapkan oleh para hamba-Nya.
g) Allah Yang Maha Pemurah tidak
kedekut dalam pemberian-Nya. Tidak dikira berapa banyak diberi-Nya dan kepada
siapa Dia memberi.
h) Paling penting, demi kebaikan
hamba-Nya sendiri, Allah s.w.t memberi dengan bijaksana, dengan cara yang
paling baik, masa yang paling sesuai dan paling bermanafaat kepada si hamba
yang menerimanya.
Sekiranya
para hamba mengenali al-Karim nescaya permintaan, harapan dan angan-angan tidak
tertuju kepada yang lain melainkan kepada-Nya. Allah al-Karim menciptakan
makhluk dengan kehendak-Nya tanpa ada kaitan dengan sebarang permintaan,
cita-cita atau harapan sesiapa pun. Dia menentukan dan menetapkan hukum pada
setiap kejadian-Nya dengan kehendak-Nya juga. Dia menyediakan segala keperluan
makhluk-Nya dan mempermudahkan makhluk-Nya memperolehi rezeki masing-masing
dengan kehendak-Nya juga. Tidak ada sesuatu yang campur tangan dalam urusan-Nya
membahagikan kebaikan kepada
makhluk-Nya.
Manusia
terhijab memandang kepada kemurahan al-Karim oleh sikap mereka sendiri. Mereka
menerima sesuatu kebaikan al-Karim sebagai perkara semulajadi sehingga mereka
lupa perkara yang mereka anggap sebagai semulajadi itu sebenarnya dijadikan,
tidak ada sebarang kebetulan pada urusan Tuhan. Tuhan mengatur sesuatu dengan
rapi, kemas dan sempurna, tiada sebarang kecacatan dan tidak ada kebetulan.
Pergantian siang dengan malam, perubahan cuaca, keberkesanan sistem
sebab-akibat adalah kurniaan al-Karim untuk manfaat makhluk-Nya, tanpa sesiapa
meminta Dia berbuat demikian. Sistem perjalanan darah, pernafasan, perkomahan,
penghadhaman dan semua yang ada dengan manusia adalah kurniaan al-Karim yang
memberi tanpa diminta. Manusia tidur malamnya dan dikejutkan oleh al-Karim pada
siangnya tanpa diminta. Al-Karim menaburkan ikan-ikan di laut sebagai makanan
manusia tanpa diminta. Al-Karim menurunkan hujan dan menyuburkan pokok-pokok
tanpa diminta. Tidak dapat dinilaikan betapa besar dan banyaknya nikmat yang
disediakan oleh al-Karim untuk makhluk-Nya tanpa mereka meminta. Makhluk
berbangsa manusia adalah yang paling banyak menikmati kemurahan al-Karim.
Makhluk yang
tidak dibekalkan nafsu dan akal tidak tahu meminta. Mereka menerima apa
sahaja yang al-Karim sediakan buat mereka. Manusia yang dibekalkan nafsu dan
akal selain menerima segala nikmat yang disediakan oleh al-Karim tanpa mereka
mengajukan permintaan, mereka juga mempunyai keinginan, harapan, cita-cita dan
angan-angan.
Al-Quran
mengingatkan manusia supaya mengenang nikmat kebaikan dan kemurahan Allah
al-Karim.
Maka yang mana satu di antara
nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan (wahai umat manusia
dan jin)? ( Ayat 13 : Surah ar-Rahmaan )
Ayat di atas diulang sebanyak 31
kali dalam satu surah sahaja iaitu surah ar-Rahman. Wahai bangsa jin dan bangsa
manusia yang dipikulkan tanggungjawab pengabdian kepada Allah s.w.t! Perhatikan
nikmat, rahmat, kasihan belas dan kasih sayang-Nya, yang mana satu yang mahu
kalian dustakan? Allah s.w.t menanyakan yang sama sebanyak 31 kali. Tiang Arasy
bergegar sekiranya Allah s.w.t ajukan pertanyaan ini kepada para malaikat yang
menanggung Arasy. Apakah tidak hancur hati kamu mendengar pertanyaan Tuhan ini?
Makhluk bangsa jin yang beriman menyambut pertanyaan Tuhan ini dengan jawapan:
Ya Tuhanku! Tidak ada sesuatu pun
dari kurnia Engkau, ya Rabbana, yang dapat kami dustakan.
Allah! Ar-Rahman! Al-Karim! Kepada
siapa lagi hendak kamu ajukan permintaan? Kepada siapa lagi hendak kamu
sandarkan harapan? Bukankah Dia telah berfirman:
Ia telah menetapkan atas
diri-Nya memberi rahmat. ( Ayat 12 : Surah al-An’aam )
Contohilah sikap Nabi Ibrahim a.s yang sentiasa bergantung
kepada al-Karim dan tidak kepada yang lain. Beliau a.s menolak pertolongan yang
ditawarkan oleh malaikat Jibrail a.s. Beliau a.s yakin bahawa Allah al-Karim
tidak akan membiarkannya. Penyerahan Nabi Ibrahim a.s kepada al-Karim tidak
sia-sia.
Kami berfirman: “Hai api, jadilah
engkau sejuk serta selamat sejahtera atas Ibrahim!”.
( Ayat 69 : Surah Anbiyaa’ )
Allah s.w.t, al-Karim, menerima penyerahan penuh Nabi
Ibrahim a.s dan Dia melindungi hamba-Nya yang bertawakal itu.
Berkata pula seorang yang mempunyai
ilmu pengetahuan dari kitab Allah: “Aku akan membawanya kepadamu dalam sekelip
mata!” Setelah Nabi Sulaiman melihat singgahsana itu terletak di sisinya,
berkatalah ia: “Ini ialah dari limpah kurnia Tuhanku, untuk mengujiku adakah
aku bersyukur atau aku tidak mengenangkan nikmat pemberian-Nya. Dan
(sebenarnya) sesiapa yang bersyukur maka faedah syukurnya itu hanyalah
terpulang kepada dirinya sendiri, dan sesiapa yang tidak bersyukur (maka tidak menjadi
masalah kepada Allah), kerana sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, lagi Maha
Pemurah”. ( Ayat 40 : Surah an-Naml )
Al-Karim yang menyejukkan api dari
membakar Nabi Ibrahim a.s, Dia jugalah yang membawa Balkis dan istananya kepada
Nabi Sulaiman a.s. Kurniaan Al-Karim tidak dapat diukur dan disukat. Dia
memberi terlalu banyak kerana Dia sangat
Pemurah.
Wahai Tuhan
kami. Walau bagaimana banyak sekalipun kami menyebut kebaikan Engkau namun ia
tetap tidak mencukupi. Ampunilah kami lantaran kelemahan kami menyatakan syukur
yang selayaknya kepada Engkau.
2)
Al-Mu’min
Al-mu’min
merupakan salah satu dari 99 sifat-sifat Allah Swt. (Asmaul Husna). Al-mu’min
merupakan isim fa’il dari kata amana, yang berarti maha pemberi keamanan atau
maha mengaruniakan keamanan. Allah Swt. memiliki sifat al-mu’min yang bermakna
Allah adalah zat yang maha memberikan keamanan kepada makhluk ciptaanNya.
Diantara do'a-do'a yang sering kita panjatkan kepada Allah adalah : “Ya Allah,
lindungilah kami dari marabahaya dan ketakutan” . Ini merupakan bukti bahwa
Allah Swt. adalah pemberi rasa aman dan ketenangan di hati manusia.
Allah Swt. berfirman dalam QS Al-Quraisy/106 : 3-4 :
فَلْيَعْبُدُوا رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ
Maka hendaklah mereka menyembah
Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah).
الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ خَوْفٍ
Artinya: yang telah memberi makanan kepada mereka
untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.
Contoh dan
bukti sederhana bahwa Allah Swt. memiliki sifat Al-Mu'min dapat kita lihat pada
diri kita sendiri. Pada tubuh kita, Allah Swt. menciptakan alis di atas mata
yang berfungsi melindungi mata dari air hujan atau keringat yang jatuh, bulu
mata melindungi mata kita dari debu dan binatang-binatang kecil. Bukti lain
diluar tubuh kita adalah seperti saat Rasulullah akan Hijrah dari Mekkah ke
kota Madinah. Pada malam keberangkatannya, di sekeliling rumah Nabi Muhammad
Saw. telah dikepung oleh orang-orang dari suku Quraisy yang ingin membunuh
beliau. Akan tetapi, dengan sifat Al-Mu'min Allah telah memberikan keselamatan
kepada Rasulullah. Rasulullah Saw. dapat keluar dari rumah dengan aman dan
meninggalkan kota Mekkah menuju Madinah. Orang yang beriman kepada Allah akan
selalu bersikap tenang dan tidak gegabah dalam menghadapi setiap keadaan dan
situasi yang paling genting atau kacau
sekalipun.
Semua orang
ingin mendapatkan rasa aman karena hal itu merupakan sebuah naluri dan sifat
fitrah manusia baik secara pribadi maupun sosial. Karena kecenderungan untuk
mendapatkan rasa aman inilah, manusia sebagai khalifah di muka bumi ini harus
memberikan rasa aman tersebut kepada alam semesta. Rasulullah Saw. telah
bersabda, “Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak
beriman.” Mendengar sabda Rasul tersebut, para sahabat bertanya, “Siapakah yang
engkau maksudkan ya Rasulullah?” Jawab rasulullah, “Yang tidak memberikan rasa
aman tetangganya dari gangguannya.” (HR Bukhori).
Keamanan
adalah kebutuhan penting bagi kita sebagai seorang manusia. Kehidupan kita akan
terasa nyaman dan berjalan dengan semestinya karena adanya keamanan. Negara
yang tidak aman pasti akan sulit melaksanakan
pembangunan.
Ketahuilah
bahwa keamanan dan rasa aman yang kita peroleh tidak terlepas dari kekuasaan
Allah. Ketenangan hati hanya bisa kita dapatkan bila kita dekat dengan Allah,
sering berdzikir, rajin membaca Al-Qur'an, rajin sholat, dan lain-lain. Ketidak
nyamanan bukan hanya diakibatkan oleh ulah manusia, tapi bisa juga karena
binatang buas atau bencana alam seperti banjir, tsunami, gempa bumi, tanah
longsor dan lain - lain. Ada orang yang merasa dirinya tidak aman walaupun
situasinya aman dan tentram. Sebaliknya ada juga orang yang merasa, tenang,
tidak gelisah walaupun situasi dan keadaan genting dan
kacau.
Betapa
indahnya kehidupan ini seandainya setiap manusia memiliki sifat al-Mu’min. Ia
akan memberikan rasa aman baik kepada sesamanya maupun kepada makhluk Allah
yang lain. Cara untuk memberikan rasa aman kepada orang lain dapat kita lakukan
dengan bersikap jujur, amanah dan dapat dipercaya. Jika kita bersikap tidak
jujur, suka berkhianat serta senang mencari kesalahan orang lain, maka hal itu
dapat memicu ketidaknyamanan bagi kehidupan orang lain. Prilaku buruk seperti
mencuri, korupsi, berkelahi adalah perilaku-perilaku yang bertolak belakang
dengan Asmaul Husna al-mu’min. Jika kita mempercayai bahwa Allah memiliki sifat
al-mu’min, maka berusahalah untuk menjadi khalifah yang dapat mewujudkan sifat
tersebut dalam kehidupan kita sehari-hari. Semoga kita dapat menjadi pemberi
keamanan kepada makhluk Allah yang lain.
3) Al-Wakil
Kata Al-wakil mengandung arti Maha
Mewakili atau Pemelihara. Al-Wakil yaitu Allah SWT yang memelihara dan
mengurusi segala kebutuhan makhluk-Nya, baik itu dalam urusan dunia maupun
urusan akhirat.
Firman Allah
dalam Al-Qur’an surat Az-Zumar ayat 62 : اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ ۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ Artinya : “Allah SWT
pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara atas segala sesuatu.”
Hamba
Al-Wakil adalah yang bertawakkal kepada Allah SWT. Menyerahkan segala urusan
kepada Allah SWT melahirkan sikap Tawakal. Tawakal bukan berarti mengabaikan
sebab-sebab dari suatu kejadian. Berdiam diri dan tidak peduli terhadap sebab
itu dan akibatnya adalah sikap malas. Ketawakkalan
dapat diibaratkan dengan menyadari sebab-akibat. Orang harus berusaha untuk
mendapatkan apa yang diinginkanya.
Rosululloh
SAW bersabda “Ikatlah untamu dan bertawakkalah kepada Allah SWT.” Manusia harus
menyadari bahwa semua usahanya adalah doa yang aktih dan harapan akan adanya
pertolongan-Nya. Allah SWT berfirman dalam surat Al-An’am ayat 102 : ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لا إِلَهَ إِلا هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوهُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ
Artinya : “(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah SWT Tuhan
kamu; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; pencipta segala
sesuatu, maka sembahlah Dia dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.”
Contoh
perilaku yang dapat diteladani dari Sifat Al-Wakiil adalah kita harus berusaha
keras dalam mengerjakan sesuatu. Setelah itu kita tawakal (menyerahkan hasilnya
kepada Allah). Niscaya Allah akan memberikan hasil yang baik. Manfaat jika kita
meneladani Asmaul Husna Al-Wakil ialah : Kita menjadi takut untuk melakukan
perbuatan buruk. Kita menjadi orang yang selalu ingin berbuat baik. Dan kita
selalu ingin beribadah kepada allah
swt.
4) Al-Matin
Makna “al-Matîin” adalah Yang Maha
sangat kuat. Dia Maha Mampu memberlakukan perintah dan ketentuan-Nya kepada
semua makhluk-Nya (tanpa ada satupun yang mampu menghalangi). Dia mampu
memuliakan siapapun yang dikehendaki-Nya dan mampu menjadikan hina siapapun
yang dikehendaki-Nya. Allâh Azza wa Jalla mampu menolong
siapa yang dikehendaki-Nya serta tidak menolong siapa yang dikehendaki- Nya.
Allah SWT
adalah Maha sempurna dalam kekuatan dan kekukuhan-Nya. Kekukuhan dalam prinsip
sifat-sifatnya. Oleh karena itu, sifat Al-Matin adalah kehebatan perbuatan yang
sangat kokoh dari kekuatan yang tidak ada taranya. Dengan begitu, kekukuhan
Allah SWT yang memiliki rahmat dan adzab terbukti ketika Allah SWT memberikan
rahmat kepada hamba-hambanya. Kekuatan dan kekukuhanya tidak terhingga dan
tidak terbayangkan oleh manusia yang lemah dan tidak memiliki daya upaya. Jadi
karena kekukuhanya, Allah SWT tidak terkalahkan dan tidak tergoyahkan.
Siapakah
yang paling kuat dan kukuh selain Allah SWT? Tidak ada satu makhluk pun yang
dapat menundukan Allah SWT meskipun seluruh makhluk di bumi ini bekerjasama.
Allah SWT berfirman dalam surat Az-Zariyat ayat 58 : إِنَّ اللَّهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِينُ
Artinya : “Sungguh Allah SWT, dialah pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan
lagi sangat kukuh.”
Dengan
demikian, hamba Al-Matin adalah hamba yang dikaruniai dan diberikan oleh Allah
mengetahui rahasia sifat kekuatan dan kekukuhan Allah yang meliputi segala
kekuatan. Hal tersebut membuatnya berpegang teguh pada tali agamanya. Dan tidak
ada sesuatupun yang dapat membuatnya berpaling. Tidak ada kesuliatan yang
melelahkannya, dan tidak ada yang dapat memisahkannya dari Yang Maha Benar.
Dan, dalam membela kebenaran tidak ada seorangpun yang dapat mengancam atau
membuatnya diam. Seorang hamba yang menemukan kekuatan dan kekukuhan Allah akan
membuatnya menjadi manusia yang tawakal, memiliki kepercayaan dalam jiwanya dan
tidak merasa rendah di hadapan manusia lain. Ia akan selalu merasa rendah di
hadapan Allah. Hanya Allah yang maha menilai. Oleh karena itu,
Allah melarang manusia bersikap atau merasa lebih dari saudaranya, karena hanya
Allah yang Maha Mengetahui baik buruknya seorang hamba. Allah juga menganjurkan
manusia bersabar, karena Allah Maha tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya.
Akhlak kita terhadap sifat Al-Matin
adalah : Beristiqamah (meneguhkan pendirian). Beribadah dengan kesungguhan
hati, tidak tergoyahkan oleh bisikan menyesatkan. Terus berusaha dan tidak
putus asa, serta bekerjasama dengan orang lain sehingga menjadi lebih kuat. kuat
pendirian dan keteguhan hati, tidak mudah diberikan tipu daya.
5)
Al-Jami’
Dalam QS Ali Imran/3 ayat 9 Allah SWT berfirman :
Dalam QS Ali Imran/3 ayat 9 Allah SWT berfirman :
رَبَّنَآ إِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لاَّ رَيْبَ فِيهِ إِنَّ اللهَ لاَ يُخْلِفُ الْمِيعَادَ
Artinya: "Ya Rabb-kami, sesungguhnya Engkau
mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada
keraguan padanya (hari kiamat)'. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi
janji."
Jami’ asal katanya jama’ah yang berarti kumpulan, lebih dari satu atau banyak. Allah bersifat al-Jami’, artinya Allah Maha Mengumpulkan/Mempersatukan.
Itulah asma Allah al-Jami’. Ada dua pelajaran yang dapat kita petik dari asma Allah al-Jami’.
Jami’ asal katanya jama’ah yang berarti kumpulan, lebih dari satu atau banyak. Allah bersifat al-Jami’, artinya Allah Maha Mengumpulkan/Mempersatukan.
Itulah asma Allah al-Jami’. Ada dua pelajaran yang dapat kita petik dari asma Allah al-Jami’.
Pertama,
Allah akan mengumpulkan dan meminta pertanggungjawaban kita sebagai manusia
nanti pada hari Akhir. Sudah siapkah kita mempertanggungjawabkan tugas kita
sebagai khalifah Allah di muka bumi ini?
Kedua, sebagai khalifah, manusia dipercaya Allah untuk mengatur kehidupan alam semesta ini. Kita harus membumikan al-Jami’ dalam kehidupan kita. Kita harus dapat menjadi katalisator untuk membentuk persatuan dan kesatuan mahkluk-makhluk Allah sehingga menjadi satu kesatuan sistem kehidupan yang utuh, harmonis dan saling membutuhkan. Bayangkan jika sekelompok katak sawah mengasingkan diri, tidak mau menyatu karena kepentingannya dalam sebuah ekosistem sawah.
Kedua, sebagai khalifah, manusia dipercaya Allah untuk mengatur kehidupan alam semesta ini. Kita harus membumikan al-Jami’ dalam kehidupan kita. Kita harus dapat menjadi katalisator untuk membentuk persatuan dan kesatuan mahkluk-makhluk Allah sehingga menjadi satu kesatuan sistem kehidupan yang utuh, harmonis dan saling membutuhkan. Bayangkan jika sekelompok katak sawah mengasingkan diri, tidak mau menyatu karena kepentingannya dalam sebuah ekosistem sawah.
Maka
akan matilah seluruh burung elang, karena katak sawah telah mengingkari
tugasnya sebagai makhluk yang Allah cipatakan sebagai makanan burung elang.
Akibat dari pengingkaran kelompok katak sawah tersebut, maka hancurlah
ekosistem sawah yang harmonis tersebut.Jagalah persatuan dan kesatuan sistem
kehidupan, bertanggungjawablah pada tugas dan fungsi kita masing-masing. Jangan
merasa diri yang paling baik atau paling benar. Karena hanya Allah Swt. yang
dapat memutuskan mana yang benar dan mana yang salah. Jangan sok tahu dengan
menghakimi orang lain bersalah, dan kemudian kita menarik diri dari tugas dan
fungsi kita dalam sistem kehidupan. Bukankah Allah Swt telah berfirman dalam
Al-Qur'an yang artinya:
Hai
orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka.
dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi
yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan
jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan
adalah panggilan fasik setelah beriman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka
mereka Itulah orang-orang yang zalim. (QS Al-Hujuraat/49:11)
Sebagai wakil dari al-Jami’ marilah kita berusaha untuk menjadi pemersatu dari segala unsur kehidupan di dunia ini agar menjadi sebuah kehidupan yang harmonis dan indah.
Sebagai wakil dari al-Jami’ marilah kita berusaha untuk menjadi pemersatu dari segala unsur kehidupan di dunia ini agar menjadi sebuah kehidupan yang harmonis dan indah.
6) Al-Adl
Al-'Adl artinya Maha Adil. Al-‘Adl
bearasal dari kata ‘adala yang berarti lurus dan sama. Keadillan Allah SWT
bersifat mutlak, tidak dipengaruhi oleh apapun dan oleh siapapun. Keadilan
Allah SWT juga didasari dengan ilmu Allah SWT yang Maha Luas. Sehingga tidak
mungkin keputusan-Nya itu salah. Alloh adalah Pencipta segala keindahan dan
keburukan, kebaikan, dan kejahatan. Allah SWT bersifat adil pada ciptaan-Nya,
dalam hal ini ada rahasia yang sulit dimengerti. Tetapi setidak-tidaknya, kita
memahami bahwa seringkali orang harus mengenal lawan kata dari sesuatu untuk
memahaminya. Orang yang tidak pernah merasakan kesedihan, tidak akan mengenal
kebahagiaan. Jika tidak ada yang buruk, kita tidak akan mengenal keindahan.
Baik dan buruk sama pentingnya. Alloh menunjukkan yang satu dengan yang lain,
yang benar dengan yang salah, dan menunjukkan kepada kita akibat dari
masing-masingnya. Dia memperlihatkan pahala sebagai lawan kata dari siksaan.
Lalu dipersilakan-Nya kita untuk menggunakan penilaian kita sendiri. Sesuai dengan
takdirnya, masing-masing mendapatkan keselamatan dalam penderitaan dan rasa
sakit, atau kutukan dalam kekayaan. Alloh mengetahui apa yang terbaik bagi
makhluk-Nya. Hanya Alloh yang mengetahui nasib kita.
Perwujudan
dari nasib itu adalah keadilan-Nya. Allah SWT berfirman dalam surat Al-An’am
ayat 115 : وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلا لا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Artinya : “Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Qur'an, sebagai kalimat yang
benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya dan
Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Orang yang
adil adalah orang yang berjalan lurus dan sikapnya selalu menggunakan ukuran
yang sama, bukan ukuran ganda. Persamaan inilah yang menunjukan orang yang adil
tidak berpihak kepada salah seorang yang berselisih. dan seorang yang adil
selalu berpihak kepada yang benar, karena baik yang benar maupun yang salah
sama-sama harus memperoleh haknya. Maka orang yang adil akan melakukan sesuatu
yang patut, tidak sewenang-wenang dan berusaha memutuskan perkara secara adil
sesuai hukum yang berlaku, tidak memihak kepada siapapun dalam memutuskan suatu
perkara, membenarkan yang benar dan menyalahkan yang salah. Adil juga dimaknai
sebagai penempatan sesuatu pada tempat yang semestinya.
Perilaku
yang dapat diteladani : Yang pertama Adil terhadap Allah Ta’ala, yaitu
dengan tidak berbuat syirik dalam beribadah kepada-Nya, mengimani nama-nama-Nya
dan sifat-sifat-Nya, menaati-Nya dan tidak bermaksiat kepada-Nya, senantiasa
berdzikir dan tidak melupakan-Nya serta mensyukuri nikmat-nikmatNya dan tidak
mengingkarinya.
Yang kedua
Adil terhadap sesama manusia, yaitu dengan memberikan hak-hak mereka dengan
sempurna tanpa menzhaliminya, sesuai dengan apa yang menjadi haknya.
Yang ketiga
Adil terhadap keluarga (anak dan istri), yaitu dengan tidak melebihkan dan
mengutamakan salah seorang di antara mereka atas yang lainnya atau kepada
sebagian atas sebagian yang lainnya.
Yang keempat
Adil dalam perkataan, yaitu dengan berkata baik dan jujur tidak berdusta,
berkata kasar, bersumpah palsu, mengghibah saudara seiman dan lain-lain.
Yang kelima
Adil dalam berkeyakinan, yaitu dengan meyakini perkara-perkara yang disebutkan
dalam al-Qur’an dan as-Sunnah yang shahih dengan keyakinan yang pasti tanpa
keraguan sedikitpun dan tidak meyakini hal-hal yang tidak benar yang menyelisihi
keduanya.
Yang keenam
Adil dalam menetapkan hukum dan memutuskan perselisihan yang terjadi antara
sesama manusia, yaitu dengan menjadikan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber
hukum dan pemutus perkara tersebut.
7)
Al-Akhir
Al Akhir artinya yang maha akhir
yang tidak ada sesuatupun setelah Allah SWT. Dia Maha Kekal tatkala semua
makhluk hancur, maha kekal dengan kekekalan-Nya. Adapun kekekalan makhluknya
adalah kekekalan yang terbatas, seperti halnya kekekalan surga, neraka, dan apa
yang ada di dalamnya.
Surga adalah
makhluk yang Allah SWT ciptakan dengan ketentuan, kehendak, dan perintahnya.
Nama ini disebutkan di dalam firman-Nya Q.S AL-Hadid ayat 3 : هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ ۖوَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ Artinya :
“Dialah Yang Awal dan Akhir Yang Zahir dan Yang Batin, dan Dia Maha Mengetahui
segala seuatu.”
Sebagai Dzat
Yang Maha Akhir, Allah SWT akan tetap abadi dan kekal. Keabadian dan kekekalan
Allah SWT tersebut menunjukkan bahwa Dialah satu-satunya tempat bergantung atas
segala urusan kita, baik urusan di dunia maupun urusan-urusan yang akan kita
bawa sampai ke akhirat kelak. Sungguh sangat merugi orang-orang yang
menggantungkan hidupnya pada selain Allah. Karena sesungguhnya setiap yang ada
di langit dan bumi ini akan hancur. Akan tetapi jika kita bersandar penuh pada
Sang Maha Kekal, pastinya kita tidak akan hancur dan terjerumus dalam kesesatan.
Apa yang dimiliki oleh hamba-hamba NYA, baik yang bersifat material dan
spiritual adalah milik Allah dan akan kembali kepada-NYA. Dan Mahluk-makhluk
NYA akan mempertanggung jawabkan bagaimana kita menggunakan dan menjaga apa
yang telah dipinjamkan Allah kepada kita selama kita hidup.
Hamba yang
bertanggung jawab, melakukan perbuatannya dari awal hingga akhir karena ALlah
SWT dan demi keridhoan-NYA semata. Orang yang menegaskan al-Akhir akan
menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya tujuan hidup yang tiada tujuan hidup
selain-Nya, tdak ada permintaan selain-Nya, dan segala kesudahan tertuju hanya
kepada-Nya. Meneladani sifat ini berarti kita menyadari bahwa tujuan akhir kita
adalah kembali kepada Allah SWT. Karenanya kita harus menyiapkan bekal menempuh
hari akhir dengan berbuat amal saleh.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menghafal kata-kata Asma’ul Husna amat
besar faedahnya bagi Umat Islam dan berpahala membacanya bila
dilandasi keyakinan dan membenarkan isinya. Lebih dariitu, memahami dan
makrifat terhadap makna hakiki yang terkandung di dalamnya akanmembawa kearah pengalaman dan penghayatan, atau
dengan kata lain “
mendarahdaging ” dalam kehidupan. Maka dijamin akan Mendapatkan
surga keindahan dankenyamanan yang tiada tara.”
B. Saran
Beribadahlah kepada Allah berdasarkan
Asma`ul Husna ini. Karena DiaMaha
Penerima Taubat, berdzikir dengan-Nya karena Dia Maha Mendengar,beribadah
dengan raga karena Dia Maha Melihat, dengan seterusnya.
Sebagai
umat Muslim sudi kiranya Kita “memahami maknanya, dan mempercayainya”,atau
mampu melaksanakan kandungan-Nya, atau juga mempercayai kandungan makna-maknanya, menghafal, memahami maknanya dan
mengamalkan kandungannya. Itusemua insya Allah dapat memperoleh curahan
rahmat Ilahi sesuai niat dan usahanya.
DAFTAR
PUSTAKA
http://dellafka.blogspot.com/2014/02/asmaul-husna-al-karim-al-mumuin-al.html
Komentar
Posting Komentar