makalah panjat tebing



KATA PENGANTAR


Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang maha esa, karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami boleh menyelesaikan sebuah makalah dengan tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “PANJAT TEBING”, yang menurut kami dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari nya.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.


Kampar,    Mei 2017



Penulis









DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii    
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A.     Latar Belakang Sejarah ............................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah......................................................................................... 1
C.     Tujuan              .............................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 2
A.    Pengertian Panjat Tebing  ............................................................................ 2
B.     Sistem          ................................................................................................. 2
C.     Teknik Panjat Tebing ................................................................................... 4
D.    Jenis Pemanjatan Berdasarkan Pemakaian Peralatan.................................... 6

BAB III PENUTUP  ........................................................................................ 8
A.    Kesimpulan .................................................................................................. 8
B.     Saran                                                                                                              8

DAFTAR PUSTAKA  ......................................................................................9





BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Panjat tebing merupakan olahraga ekstrim dan penuh tantangan,namun dibalik itu olahraga ini banyak penggemarnya dan sampai sekarang olahraga ini terus mengalami perkembangan yang sangat pesat, maka dari itu saya selaku orang yang berada dalam bidang olahraga ingin menambah wawasan dalam olahraga ini.

B.     Rumusan Masalah
1.      Mengetahui Tentang panjat tebing
2.      Sistem apa yang dipakai
3.      Apa sajakah Teknik panjat tebing

C.    Tujuan
1.        Akan mengetahui lebih luas tentang panjat tebing.
2.        Dapat memberikan materi olahraga ini pada siapapun yang membutuhkan












BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Panjat Tebing
            Panjat tebing atau istilah asingnya dikenal dengan Rock Climbing merupakan salah satu dari sekian banyak olah raga alam bebas dan merupakan salah satu bagian dari mendaki gunung yang tidak bisa dilakukan dengan cara berjalan kaki melainkan harus menggunakan peralatan dan teknik-teknik tertentu untuk bisa melewatinya. Pada umumnya panjat tebing dilakukan pada daerah yang berkontur batuan tebing dengan sudut kemiringan mencapai lebih dari 45° dan mempunyai tingkat kesulitan tertentu.
Pertama kali panjat tebing dikenal di kawasan Eropa, tepatnya di pegunungan Alpen. Tahun 1910, penggunaan alat dalam panjat tebing mulai diperkenalkan meskipun masih terbatas pada carabiner dan piton yang terbuat dari baja. Dan sejak itulah pendaki dari Austria dan Jerman mulai mengembangkan teknik dan alat-alat baru dalam panjat tebing. Di Inggris sebelum perang dunia meletus, kegiatan panjat sangat dibatasi dalam penggunaan piton dengan alasan merusak lingkungan. Hal itulah yang menyebabkannya ketinggalan dari Jerman. Teknik pemanjatan tebing dengan menggunakan tali mulai dikenal tahun 1920.

B.     Sistem  
1.      Alpine push
            Dalam sistem ini pemanjat melakukan pemanjatan sampai puncak tanpa turun kecamp, jadi pemanjat selalu ada ditebing saat tidur sekalipun (hanging bivoac) segala aktivitas diluar pemanjatan dilakukan ditebing untuk ini segala peralatan dan perbekalan harus benar benar diperhitungkan . penggunaan sistem ini juga harus memperhitungkan personil yang bertugas mengangkat barang- barang tersebut dengan sistem load carry.jadi dibutuhkan mimimal 3 personil (1 orang leader, 1orang belayer, 1orang load carry) setelah pemanjat terakir(person load carry) sampai dipitch atasnya , tali(fixe rope) yang digunakan naik dengan sistem jumaring langsung digulung untuk dibawa keatas . jadi tidak ada tali menggantung  untuk turun sebelum sampai puncak.
a.       Keuntungan
-        Pemanjat tidak usah turun kedasar (base camp) untuk istirahat (malam) dan naik lagi ke pitch terakhir untuk melakukan pemanjatan.
-        Jumlah tali yang dibutuhkan relative sedikit (min 3roll)
-        Waktu pemanjatan lebih singkat.
b.      Kelemahan
-        Segala sesuatu mulai dari membuka jalur dan yang mengevakuasi barang-barang keperluan diatas harus dilakukan sendiri oleh leade  atau bellayer tersebut  (termasuk pemasangan lintasan untuk load carry)
-        Waktu istirahat malam hari kurang karena tidur menggantung
2.      Himalayan style
            Pemanjatan dilakukan sampai sore, kemudian pemanjat turun ke camp dasar dan pemanjatan diteruskan besok pagi. Tali sampai pitch terakhir ditinggal untuk melanjutkan pemanjatan besok, jadi sebelum leader dan bellayer melakukan pemanjatan mereka akan melakukan jumaring sampai pitch terakhir kemudian baru leader melakukan pemanjatan.
a.       Kelebihan
-        Cukup dibutuhkan dua orang personil untuk membuka jalur ( leader dan   bellayer )
-        Pemanjat dapat beristirahat dengan nyaman di base camp
-        Satu orang yang sudah mencapai sudah dianggap berhasil


b.      Kekurangan
-        Butuh banyak peralatan terutama tali, panjang tali disesuaikan dengan panjang lintasan yang akan dilakukan dalam pemanjatan.
-        Waktu pemanjatan lebih lama.

C.    Teknik Panjat Tebing
            Tehnik-tehnik pemanjatan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan seluruh medan tebing, antara lain:
-        Face Climbing, Yaitu pemanjatan pada permukaan tebing yang memanfaatkan tonjolan batu(point) atau rongga yang memadai yang digunakan sebagai pijakan kaki, pegangan tangan maupun penjaga keseimbangan tubuh.
-        Friction / Slab Climbing, Teknik ini semata-mata hanya mengandalkan gaya gesekan sebagai gaya penumpu. Ini dilakukan pada permukaan tebing yang tidak terlaluvertical, kekasaran permukaan cukup untuk menghasilkan gaya gesekan. Gaya gesekan terbesar diperoleh dengan membebani bidang gesek dengan bidang normal sebesar mungkin. Sol sepatu yang baik dan pembebanan maksimal di atas kaki akan memberikan gaya gesek yang baik, sehingga pemanjatan dapat dilakukan dengan lebih mudah.
-        Fissure Climbing, Teknik pemanjatan dengan fissure climbing ini lebih memanfaatkan celah yang dipergunakan oleh anggota badan untuk melakukan panjatan.
            Dengan cara demikian, maka beberapa pengembangan dari fissure climbing, dikenal teknik-teknik dengan tehnik sebagai berikut ;
a.       Jamming, teknik memanjat dengan memanfaatkan celah yang tidak begitu besar. Jari-jari tangan, kaki, ataupun bagian-bagian tangan hingga bahu pemanjat dapat dimanfaatkan sebagai tehnik untuk memanjat dengan cara memanfaatkan crack/retakan pada tebing untuk melakukan pemanjatan. Peralatan yang digunakan secara mayoritas adalah pengaman sisip.
b.      Chimneying, teknik memanjat celah vertical yang cukup lebar pada tebing(chimney). Badan masuk di antara celah, dengan punggung menempel dan mendorong di salah satu sisi tebing. Sebelah kaki menempel pada sisi tebing depan, dan sebelah lagi menempel ke tebing yang berrada dibelakang pemanjat. Kedua tangan diletakkan menempel pada tebing. Kedua tangan membantu mendorong ke atas bersamaan dengan kedua kaki yang mendorong dan menahan berat badan.
c.       Bridging, teknik memanjat pada celah vertical yang cukup besar (gullies).Tehnik ini menggunakan kedua tangan dan kaki sebagai pegangan pada kedua permukaan tebing. Posisi badan mengangkang, kaki sebagai tumpuan dibantu oleh tangan yang juga berfungsi sebagai penjaga keseimbangan.
d.      Lay back, teknik memanjat pada celah vertical dengan menggunakan kekuatantangan dan kaki. Pada teknik ini jari tangan mengait tepi celah tersebut dengan posisi badan membeban ke belakang dan menempel kesisi tebing, untuk memperkuat pegangan pemanjatnya. kedua kaki berpijak dan mendorong pada tepi celah yang berlawanan untuk menghasilkan daya angkat.
e.       Hand traverse, Teknik memanjat pada tebing dengan gerak menyamping (horizontal). Hal ini dilakukan bila pegangan yang ideal sangat minim dan untuk memanjat verticalsudah tidak memungkinkan lagi. Teknik ini sangat rawan, dan banyak memakan tenaga karena seluruh berat badan tertumpu pada tangan, sedapat mungkin pegangan tangan dibantu dengan pijakan kaki (ujung kaki) agar berat badan dapat terbagi lebih rata.
f.       Mantelself, Teknik memanjat tonjolan-tonjolan (teras-teras kecil) yang letaknya agak tinggi, namun cukup besar untuk diandalkan sebagai tempat berdiri selanjutnya. Kedua tangan digunakan untuk menarik berat badan, dibantu dengan pergerakan kaki. Bila tonjolan-tonjolan tersebut setinggi paha atau dada maka posisi tangan berubah dari menarik menjadi menekan untuk mengangkat berat badan yang dibantu dengan dorongan kaki. Strategi sangat diperlukan dalam setiap pemanjatan tebing, selalu sensitif membaca keadaan, baik terhadap kemampuan diri maupun keadaan medan yang ada, sensitif dengan keketerbatasan-keterbatasan yang mungkin timbul dan selalu dapat mengambil keputusan untuk memnfaatkan kemampuan diri maupun alat semaksimal mungkin, me-manage semua sumber daya sebaik mungkin untuk dapat meraih tujuan pemanjatan.

D.    Jenis Pemanjatan Berdasarkan Pemakaian Peralatan
            Berikut jenis-jenis pemanjatan berdasarkan peralatan yang digunakan dalam pemanjatan tebing:
a.       Free Climbing, Sesuai dengan namanya, pada free climbing alat pengaman yang paling baik adalah diri sendiri. Namun keselamatan diri dapat ditingkatkan dengan adanya keterampilan yang diperoleh dari latihan yang baik dan mengikuti prosedur yang tepat. Pada free climbing, peralatan berfungsi hanya sebagai pengaman bila jatuh. Dalam pelaksanaanya ia bergerak sambil memasang, jadi walaupun tanpa alat-alat tersebut ia masih mampu bergerak atau melanjutkan pendakian. Dalam pendakian tipe ini seorang pendaki diamankan oleh belayer.
b.      Free Soloing Climbing, Merupakan bagian dari free climbing, tetapi si pendaki benar-benar melakukan dengan segala resiko yang siap dihadapinya sendiri. Dalam pergerakannya ia tidak memerlukan peralatan pengaman. Untuk melakukan free soloing climbing, seorang pendaki harus benar-benar mengetahui segala bentuk rintangan dan keputusan untuk pergerakan pada rute yang dilalui. Bahkan kadang-kadang ia harus menghafalkan dahulu segala gerakan, baik itu tumpuan ataupun pegangan, sehingga biasanya orang akan melakukan free soloing climbing bila ia sudah pernah mendaki pada lintasan yang sama. Resiko yang dihadapi pendaki tipe ini sangat fatal sekali, sehingga hanya orang yang mampu dan benar-benar professional yang akan melakukannya.
c.       Atrificial Climbing, Pemanjatan tebing dengan bantuan peralatan tambahan, seperti pitonbolt, dll. Peralatan tersebut harus digunakan karena dalam pendakian sering sekali dihadapi medan yang kurang atau tidak sama sekali memberikan tumpuan atau peluang gerak yang memadai.





















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Olahraga panjat tebing pertama dikenal di kawasan Eropa tepatnta di pegunungan Alpen  dan pada tahun 1910, penggunaan alat dalam panjat tebing mulai diperkenalkan meskipun masih terbatas namun untuk  teknik pemanjatan tebing dengan menggunakan tali mulai dikenal tahun 1920.
            Di Indonesia sendiri panjat tebing mulai dikenal tahun 1960 yang dirintis oleh Mapala UI dan Wanadri diantaranya: Harry Suliztianto, Agus Resmonohadi, Heri Hermanu, dan Deddy Hikmat yang memulai latihan di tebing Citatah Jawa Barat setelah itu berdirilah FPTGI diikrarkan di tugu monas 21 April 1988 lalu FPTGI berubah nama menjadi FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia). Dan tahun 1992 diakui sebagai anggota Union Internationale des Association d Alpinisme (UIAA) yang mewadahi organisasai panjat tebing dan gunung Internasional.

B.     Saran
            Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.









DAFTAR PUSTAKA


(FPTI:1988)  “Materi Dasar Kepencintaalaman”. Yogyakarta : Mahasiswa Pecinta Alam Fakultas Geografi.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Panjat_tebing diunduh 25 Desember 2013).
(UIAA:1992) Mechanical Advantage “hauling”. Profesional Association Climbing Instructur Seehan B.E, Alan.
(FPTI:1988) Warid, Allan. “ vertical”. Komponen Dasar Panjat Tebing










Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah dampak polusi

makalah olahraga tinju

makalah budaya hidup sehat